TUGAS SOFTSKILL KE-3
“PEREKONOMIAN INDONESIA”
NAMA : VANIA RAIZA
NPM / KELAS : 2A214973 / 1EB21
DOSEN PEMBIMBING : NENIK DIAH HARTANTI
TUGAS
PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB
IX-XI
USAHA KECIL DAN MENENGAH
1.
DEFINISI
Usaha
Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
2. PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT DAN TENAGA
KERJA DI UKM
Perkembangan
peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh
jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan
nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2003, persentase jumlah
UMKM sebesar 99,9 persen dari seluruh unit usaha, yang dari terdiri usaha
menengah sebanyak 62,0 ribu unit usaha dan jumlah usaha kecil sebanyak 42,3
juta unit usaha yang sebagian terbesarnya berupa usaha skala mikro. UMKM telah
menyerap lebih dari 79,0 juta tenaga kerja atau 99,5 persen dari jumlah tenaga
kerja pada tahun 2004 jumlah UMKM diperkirakan telah melampaui 44 juta unit.
Jumlah tenaga kerja ini meningkat rata-rata sebesar 3,10 persen per tahunnya
dari posisi tahun 2000. Kontribusi UMKM dalam PDB pada tahun 2003 adalah
sebesar 56,7 persen dari total PDB nasional, naik dari 54,5 persen pada tahun
2000. Sementara itu pada tahun 2003, jumlah koperasi sebanyak 123 ribu unit
dengan jumlah anggota sebanyak 27.283 ribu orang, atau meningkat masing-masing
11,8 persen dan 15,4 persen dari akhir tahun 2001.
3. NILAI OUTPUT DAN NILAI TAMBAH
Peran UKM di Indonesia dalam bentuk kontribusi output
pertumbuhan PDB cukup besar.Kontribusi UK terhadap pembentukan PDB lebih kecil
dibandingkan kontribusinya terhadap kesempatan kerja/rasio NOL menunjukkan
bahwa tingkat produktivitas di UK lebih rendah dibandingkan di UM dan di UB
.Tingkat produktivitas diukur berdasarkan L dan K (PP/ dari TFP : produktivitas
dari factor-faktor produksi secara total.Pasar yang
dilayani UM berbeda dengan pasar UK.Pasar UM
banyak melayani masyarakat berpenghasilan menengah ke atas dengan elastisitas
pendapatan positif.Pasayangdilayani UK lebih banyak
kelompok pembeli berpenghasilan rendah dengan elastisitas pendapatan negative.
Salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah ini adalah
pemanfaatan pasar domestik secara optimal dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dapat menjadi solusinya. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lebih menyerap tenaga
kerja dibandingkan dengan sektor formal. Karena pada sektor formal dibutuhkan
suatu keterampilan yang khusus yang tidak dimiliki olh sebagian besar pencari
kerja. Dengan kata lain kondisi keterampilan tenaga kerja ini sering tidak
sesuai dengan kondisi keterampilan yang dituntut oleh sektor formal pada
umumnya. Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial dalam
menciptakan nilai tambah. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa UKM belum
maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM
untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal
permodalan (investasi). Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala
produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam
penciptaan lapangan kerja, dengan adanya hambatan tersebut akan menghambat
proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha. Salah satunya sektor UKM
yang memiliki potensi tersebut yaitu UKM sektor industri makanan dan minuman.
Hal ini dapat dilihat dari kontribusi dan peranan UKM sektor
industri makanan dan minuman dalam menyerap tenaga kerja, juga memiliki nilai
output dan nilai tambah yang tinggi. Selain itu UKM industri makanan dan
minuman juga dapat mengoptimalkan pasar domestik. Untuk melihat peranan UKM
sektor industri makanan dan minuman, sehingga tujuan penelitian ini adalah (1)
Melihat peranan UKM sektor industri makanan dan minuman dalam struktur
permintaan, investasi dan nilai tambah bruto, (2) Menganalisa keterkaitannya
dengan sektor-sektor lainnya, (3) Menganalisa dampak penyebaran antara UKM
sektor industri makanan dan minuman dengan sektor lainnya, dan (4) Menganalisa
dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor industri makanan dan minuman
dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda
(multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian merupakan data sekunder dari Tabel Input-Output UKM nasional
tahun 2007 updating dengan matriks berukuran 233×233 yang kemudian diagregasi
menjadi matriks berukuran 33×33 dan juga beberapa data sekunder lainnya.
Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Tenaga Kerja dan instansi terkait lainnya.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
metode analisis Input-Output maupun analisis deskriptif. Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excell 2003. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa UKM sektor industri makanan dan minuman mampu mempengaruhi
pembentukan output sektor hulunya terutama sektor industri pengolahan lainnya
(besar). Investasi industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar
menunjukkan nilai yang sangat kecil. Hal ini terjadi karena sebagian besar UKM
sektor industri makanan dan minuman belum bankable (belum memenuhi syarat
berhubungan dengan bank) sehingga sulit untuk mendapatkan kredit untuk
penambahan modal.
Nilai tambah bruto sektor industri tergolong tinggi, termasuk
didalamnya industri makanan dan minuman yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil
analisis keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung, industri makanan dan
minuman kecil, menengah dan besar memiliki keterkaitan kebelakang yang lebih
besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya. Hal ini disebabkan
industri makanan dan minuman kecil, menengah dan besar memiliki keterkaitan
yang kuat dengan sektor hulunya yaitu industri pengolahan lainnya (besar).
Nilai keterkaitan ke depan yang rendah diakibatkan oleh penggunaan output dari
industri makanan dan minuman kecil, menengah dan besar yang lebih banyak
dikonsumsi langsung oleh rumah tangga daripada digunakan sebagai input antara
oleh sektor produksi lainnya.
4. EKSPOR
Salah
satu upaya yang harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah
dengan meningkatkan secara bertahap ekspor nonmigas dari 2,0 persen pada tahun
2000 menjadi 8,7 persen di tahun 2009. Dengan mengabaikan perbedaan angka
pertumbuhan ekspor di atas, pernyataan tersebut seharusnya menjadi signal positif
bagi para pelaku bisnis baik yang selama ini bergerak di bidang perdagangan
ekspor maupun bagi mereka yang baru memulai usahanya di bidang ekspor. Komitmen
petinggi PROSPEK PENGEMBANGAN EKSPOR UKM Oleh: Neddy Rafinaldy Pemerintahan
SBY-JK ini harus menjadi peluang dan sekaligus tantangan tersendiri bagi pelaku
ekspor Indonesia untuk mendorong peningkatan pemasaran produknya ke pasar
global, termasuk di dalamnya pelaku bisnis dari kelompok Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air, dan melakukan kegiatan usaha pada berbagai sektor dan bidang
usaha yang menyentuh kepentingan orang banyak, peluang untuk memanfaatkan
signal positif ini, tentu perlu diupayakan dan menjadi sangat mungkin untuk
dikembangkan mengingat jumlah UKM yang sangat besar di Bumi Nusantara ini. Data
BPS 2003, menunjukkan populasi UKM mencapai sekitar 42,39 juta unit dan
merupakan 99,85 persen dari keseluruhan populasi pelaku bisnis di tanah air.
5. PROSPEK UKM DALAM ERA PERDAGANGAN
BEBAS DAN GLOBALISASI DUNIA
Dalam era perdagangan bebas dan globalisasi
perekonomian dunia, kemajuan IT, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kualitas SDM
yang tinggi (profesionalisme) merupakan tiga faktor keunggulan kompetitif yang
akan menjadi dominan dalam menentukan bagus tidaknya prospek dari suatu usaha.
Jika pengusaha kecil dan menengah Indonesia tidak memiliki ketiga keunggulan
kompetitif tersebut bahkan, UKM indonesia akan terancam tergusur dari segmen
pasarnya sendiri oleh produk-produk asing dengan harga yang lebih murah dan
kualitas serta disain yang lebih baik, seperti yang terjadi sekaarang dengan
membanjirnya barang-barang dari Cina sampai kepasar-pasar tradisional.
Pentingnya ketiga faktor keunggulan kompetitif
tersebut dikombinasikan dengan faktor-faktor kekuatan lainnya yang sangat
menentukan prospek UKM di masa depan. Didalam era perdagangan bebas dan
globalisasi perekonomian dunia, lingkungan eksternal domestik dipengaruhi oleh
tiga faktor penting, yang merupakan tiga tantangan yang dihadapi oleh setiap
perusahaan di Indonesia. Jika perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak siap,
tantangan-tantangan tersebut bisa berubah menjadi ancaman.
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
1. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A.
TEORI
KLASIK
-
Absolute
Advantage dari Adam Smith
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil
bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory)
perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya
pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga
kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of
value ).
-
Comparative Advantage : JS Mill
Teori ini menyatakan
bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang
memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki
comparative diadvantage(suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah
dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar ).
Teori ini menyatakan
bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan
untuk memproduksi barang tersebut.
B.
COMPARATIVE COST DARI DAVID RICARDO
-
Cost Comparative Advantage (
Labor efficiency )
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu
Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana Negara tersebut dapat
berproduksi relative lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara
tersebut berproduksi relative kurang/tidak efisien.
-
Production
Comperative Advantage ( Labor produktifiti)
Suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut
dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara
tersebut berproduksi relatif kurang / tidak produktif.
Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut dibandingkan cina untuk
kedua produk, sebetulnya perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi dan
menguntungkan keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara yang
memiliki labor productivity. kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak
dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara 2 negara.
Sedangkan kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap
dapat terjadi walaupun hanya 1 negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan
masing-masing dari negara tersebut memiliki perbedaan dalam cost Comparative
Advantage atau production Comparative Advantage.
C.
TEORI MODERN
-
Teori
Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif.
Menurut
Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.
Teori modern Heckescher-ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva,
pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggabarkan total biaya produksi
yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggabarkan total kuantitas
produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan
dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan
diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh
sejumlah produk tertentu.
2. PERKEMBANGAN
EKSPOR DI INDONESIA
Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai
didominasi oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih
didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah
mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga
memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun 1998
nilai ekspor non migas telah mencapai 83,88% dari total nilai ekspor Indonesia,
sementara pada tahun 1999 peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit
menurun, menjadi 79,88% atau nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%). Hal ini
berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda indonesia sejak pertengahan
tahun 1997.
Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat,
baik untuk total maupun tanpa migas, yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66)
untuk total ekspor dan 47.757,4 juta US$ (22,85%) untuk non migas. Namun
peningkatan tersebut tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total
ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk
eskpor non migas yang menurun 8,53%. Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan
menjadi 61.058,2 juta US$ atau naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang
sebesar 57.158,8 juta US$. Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas yang
naik 5,24% menjadi 47.406,8 juta US$. Tahun 2004 ekspor kembali mengalami
peningkatan menjadi 71.584,6 juta US$ (naik 17,24%) demikian juga ekspor non
migas naik 18,0% menjadi 55.939,3 juta US$. Pada tahun 2006 nilai ekspor
menembus angka 100 juta US$ menjadi 100.798,6 juta US$ atau naik 17,67%, begitu
juga dengan ekspor non migas yang naik 19,81% dibandingkan tahun 2005 menjadi
79.589,1 juta US$.
3. TINGKAT
DAYA SAING
Daya saing merupakan salah satu kriteria yang
menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional.
Berdasarkan badan pemeringkat daya saing dunia, IMD World Competitiveness
Yearbook 2006, posisi daya saing Indonesia sangat menyedihkan. IMD World
Competitiveness Yearbook (WCY) adalah sebuah laporan mengenai daya saing negara
yang dipublikasikan sejak tahun 1989. Pada tahun 2000, posisi daya saing
Indonesia menduduki peringkat 43 dari 49 negara. Tahun 2001 posisi daya saing
Indonesia semakin menurun, yaitu menduduki peringkat 46. Selanjutnya, tahun
2002 posisi daya saingnya masih menduduki posisi bawah, yaitu peringkat 47.
Lalu, tahun 2003, posisi daya saingnya malah makin terpuruk, yaitu menduduki
peringkat 57. Tahun 2004 menduduki peringkat 58. Tahun 2005 Indonesia menduduki
posisi 58. Tahun 2006 Indonesia telah menduduki posisi 60.
Faktor dalam menentukan daya saing menurut IMD
World Competitiveness Yearbook terbagi menjadi 4 kategori yaitu, kinerja
ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, infrastruktur. Setiap kategori
memiliki beberapa kriteria. IMD World Competitiveness Yearbook (WCY)
memeringkat dan menganalisis kemampuan suatu negara dalam menciptakan dan
menjaga lingkungan di mana perusahaan dapat bersaing. Persaingan akan membawa
suatu negara lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain.
Kinerja ekonomi terdiri dari 77 kriteria mengenai
evaluasi makro ekonomi domestik. Kriteria kinerja ekonomi meliputi ekonomi
domestik, perdagangan internasional, investasi internasional, pengangguran dan
harga.
Efisiensi pemerintah terdiri dari 72 kriteria
mengenai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi iklim kompetitif. Kriteria
efisiensi pemerintah meliputi keuangan publik, kebijakan fiskal, kerangka kerja
institusi, peraturan bisnis, dan kerangka kerja sosial.
Efisiensi bisnis terdiri dari 68 kriteria yang
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam inovasi, keuntungan dan tanggung jawab.
Kriteria efisiensi bisnis meliputi produktivitas dan efisiensi, pasar tenaga
kerja, pembiayaan, perilaku dan praktik manajemen.
NERACA PEMBAYARAN, ARUS MODAL ASING, DAN UTANG
LUAR NEGERI
1. NERACA
PEMBAYARAN
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang
meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca
pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari
individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca
pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca
perdagangan, neraca jasa dan transfer payment) dan neraca lalu lintas modal dan
finansial, dan item-item finansial.
2. ARUS
MODAL ASING
ARUS modal asing bisa mendatangkan manfaat yang
lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga
akhir tahun ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25
miliar.
Manfaat tersebut antara lain, penurunan biaya
bunga APBN, sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI)
dan kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan,
tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi.
Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong
perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau
right issue. kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai
macam seri dan jangka waktu.
3. HUTANG
LUAR NEGERI
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri,
adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor
di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah,
perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari
bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan Bank Dunia.
SOAL PILIHAN GANDA BAB IX
1. “Kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.” Ini pengertian dari.....dan menurut.....
A. Keputusan
Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil*
B. Keputusan
Rakyat RI no. 90 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil
C. Keputusan
anggota DPR RI no. 98 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil
D. Keputusan
MPR RI no. 97 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil
2. Perkembangan
peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh.....
A. Jumlah
tenaga kerja dan kontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja
B. Jumlah
unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan
penyediaan lapangan kerja*
C. Jumlah
pengusaha dan kontribusi pendapatan nasional
D. Semua
salah
3. Pada
tahun berapa persentase jumlah sebesar 99,9 persen dari seluruh unit usaha....
A. 2010
B. 2009
C. 2013*
D. 1999
4. Salah
satu upaya yang harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah.....
A. Adanya
peran dari pemerintah terhadap negara
B. Meningkatkan
daya kerja ekspor
C. Meningkatkan
daya kerja impor
D. Meningkatkan
secara bertahap ekspor nonmigas dari 2,0 persen pada tahun 2000 menjadi 8,7
persen di tahun 2009*
5. Salah
satu faktor keunggulan kompetitif yang menjadi dominan yang menentukan bagus
tidaknya prospek suatu usaha adalah.....
A. Kelebihan
dari SDM yang dimiliki suatu negara
B. Kemajuan IT, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kualitas SDM yang tinggi
(profesionalisme)*
C. Kemajuan teknologi
D. Penguasaan ilmu komputer
SOAL PILIHAN GANDA BAB X
1. Teori
yang dikenal lebih mendasarkan pada
besaran/variabel riil bukan moneter,adalah teori.....
A. Teori absolute advantage*
B. Teori comparative advantage
C. Teori absolute comparative
D. Teori jill comparative
2. Teori
yang menyatakan menyatakan bahwa nilai suatu barang
ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang
tersebut adalah.....
A. Teori absolute comparative
B. Teori absolute advantage
C. Teori comparative advantage*
D. Teori klasik
3. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan
tentang.....
A. Negara
akan melakukan perdagangan dengan negara lain
B. Pola
perdagangan yang sangat pesat
C. Negara
mengimpor barang dengan melimpah
D. Beberapa pola perdagangan dengan baik,
negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif melimpah secara intensif*
4. Sejak tahun berapa ekspor Indonesia mulai
didominasi oleh komoditi non migas.....
A. 1986
B. 1988
C. 1987*
D. 1999
5. Salah satu faktor dalam menentukan daya saing
menurut IMD World Competitiveness Yearbook.....
A. Kinerja ekonomi*
B. Tingkat pembeli barang dagang
C. Banyaknya barang ekspor yang masuk kesuatu negara
D. Adanya keterbatasan kinerja barang dagang
SOAL PILIHAN GANDA BAB XI
1. Apa yang di maksud dengan Neraca Pembayaran.....
A. Merupakan suatu ikhtisar yang meringkas
transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun)*
B. Merupakan ikhtisar yang meringkas penduduk negara
dalam jangka wantu yang tak tentu
C. Meringkas transaksi buku besar dari suatu negara
D. Mencatat pemasukan impor maupun ekpsor dari suatu
negara
2. Apa saja yang mencakup dari Neraca Pembayaran.....
A. Pemasukan barang impor
B. Penjualan barang impor
C. Pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah
dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial*
D. Kinerja barang dagang
3. Sebagian dari total utang suatu negara yang
diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut,ini adalah pengertian
dari.....
A. Neraca Pembayaran
B. Hutang Luar Negri
C. Arus Modal Asing
D. Hutang jangka panjang
4. Siapa ajakah yang berhak menerima hutang luar negri.....
A. Anggota MPR,DPR dan masyarakat
B. Pihak ketiga dari pemerintah
C. Masyarakat
D. Pemerintah,perusahaan dan perorangan*
5. Apa saja bentuk utang
yang berupa uang.....
A. Bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga
keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia*
B. Bang dunia saja
C. A dan b salah
D. Semua salah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar